KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998
Artikel ini merupakan kajian sejarah sosial-budaya, tentang orang-orang Tionghoa di Surakarta yang berperan penting dalam pengembangan kebudayaan Jawa dan sekaligus menjadi jawa. Aspek temporalnya dibatasi dari 1085 hingga 1998. Tahun 1985 menandai awal sebuah proses sejarah yang menempatkan orang T...
Guardado en:
Autor principal: | |
---|---|
Formato: | article |
Lenguaje: | ID |
Publicado: |
Institut Seni Indonesia Surakarta
2016
|
Materias: | |
Acceso en línea: | https://doaj.org/article/04613bda850146c2b110b9deb2bc0a9c |
Etiquetas: |
Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
|
id |
oai:doaj.org-article:04613bda850146c2b110b9deb2bc0a9c |
---|---|
record_format |
dspace |
spelling |
oai:doaj.org-article:04613bda850146c2b110b9deb2bc0a9c2021-11-26T03:25:51ZKONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-19981412-41812685-287X10.33153/dewaruci.v8i2.1117https://doaj.org/article/04613bda850146c2b110b9deb2bc0a9c2016-02-01T00:00:00Zhttps://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci/article/view/1117https://doaj.org/toc/1412-4181https://doaj.org/toc/2685-287XArtikel ini merupakan kajian sejarah sosial-budaya, tentang orang-orang Tionghoa di Surakarta yang berperan penting dalam pengembangan kebudayaan Jawa dan sekaligus menjadi jawa. Aspek temporalnya dibatasi dari 1085 hingga 1998. Tahun 1985 menandai awal sebuah proses sejarah yang menempatkan orang Tionghoa sebagai pengembang kebudayaan Jawa yang kreatif.Sebaliknya tahun 1998 merupakan tragedi yang menempatkan orang-orang Tionghoa menjadi korbannya. Untuk mengkaji sejarah tentang orang-orang Tionghoa di Surakarta ini menerapkan pendekatan dan analisis historis. Teori psikologis perkembangan digunakan untuk memahami upaya-upaya mereka menjadi Jawa. untuk memahami interaksi sosial dan kultural orang-orang Tionghoa dan Jawa digunakan teori-teori antropologi budaya dan sosiologi pengetahuan. Proses sejarah sebagai realitas kultural dimulai dari Gam Kam dalam industri seni pertunjukan ini diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya yang membawa wayang wong panggung mencapai puncak popularitasnya. Dalam bidang lainnya yang membawa wayang wong panggung ini diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya yang membawa wayang wong panggung mencapai puncak popularitasnya. Dalam bidang lain muncul dua tokoh Tionghoa yang kontras; yang pertama Tjan Tjoe Siem, mewakili intelektual tinggi dan yang kedua Kho Djien Tiong, mewakili pemikir dan kreator ke;as rakyat (massa). Yang pertama diangkat sebagai guru besar dalam Bahasa dan Sastra Jawa, dan yang kedua diakui sebagai guru besar dalam dunia seni pertunjukan lawak.Terakhir adalah tokoh yang mewakili keunikan yang tidak ada duanya. Ia merupakan orang Tionghoa yang luluh dalam dunia kehidupan Jawa melalui seni pertunjukan, seni rupa, bahasa, arsitektur, kepurbakalaan, permuseuman, adat-istiadat dan upacara keraton. Ia adalah Go Tik Swan, yang derajat kejawaannya dianggap paling matang di antara orang-orang Tionghoa lainnya. Semua karya-karya mereka mewakili Jawa yang ‘baru’. Jawa ‘baru’ yang mereka hasilkan merupakan hibrida antara unsur-unsur kebudayaan keraton, rakyat, kota, desa, tradisional, modern. Dalam realitas kultural, Jawa ‘baru’ made by Chinese ini bagaimanapun telah membuat Surakarta dan Jawa menjadi beradab. Sebaliknya dalam realitas sosial ‘Surakarta’ telah memperlakukan orang-orang Tionghoa secara biadab. Kata kunci: Seni, Kebudayaan, Surakarta, Jawa, TionghoaRustopo RustopoInstitut Seni Indonesia SurakartaarticleFine ArtsNIDDewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol 8, Iss 2 (2016) |
institution |
DOAJ |
collection |
DOAJ |
language |
ID |
topic |
Fine Arts N |
spellingShingle |
Fine Arts N Rustopo Rustopo KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
description |
Artikel ini merupakan kajian sejarah sosial-budaya, tentang orang-orang Tionghoa di Surakarta yang berperan penting dalam pengembangan kebudayaan Jawa dan sekaligus menjadi jawa. Aspek temporalnya dibatasi dari 1085 hingga 1998. Tahun 1985 menandai awal sebuah proses sejarah yang menempatkan orang Tionghoa sebagai pengembang kebudayaan Jawa yang kreatif.Sebaliknya tahun 1998 merupakan tragedi yang menempatkan orang-orang Tionghoa menjadi korbannya. Untuk mengkaji sejarah tentang orang-orang Tionghoa di Surakarta ini menerapkan pendekatan dan analisis historis. Teori psikologis perkembangan digunakan untuk memahami upaya-upaya mereka menjadi Jawa. untuk memahami interaksi sosial dan kultural orang-orang Tionghoa dan Jawa digunakan teori-teori antropologi budaya dan sosiologi pengetahuan. Proses sejarah sebagai realitas kultural dimulai dari Gam Kam dalam industri seni pertunjukan ini diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya yang membawa wayang wong panggung mencapai puncak popularitasnya. Dalam bidang lainnya yang membawa wayang wong panggung ini diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya yang membawa wayang wong panggung mencapai puncak popularitasnya. Dalam bidang lain muncul dua tokoh Tionghoa yang kontras; yang pertama Tjan Tjoe Siem, mewakili intelektual tinggi dan yang kedua Kho Djien Tiong, mewakili pemikir dan kreator ke;as rakyat (massa). Yang pertama diangkat sebagai guru besar dalam Bahasa dan Sastra Jawa, dan yang kedua diakui sebagai guru besar dalam dunia seni pertunjukan lawak.Terakhir adalah tokoh yang mewakili keunikan yang tidak ada duanya. Ia merupakan orang Tionghoa yang luluh dalam dunia kehidupan Jawa melalui seni pertunjukan, seni rupa, bahasa, arsitektur, kepurbakalaan, permuseuman, adat-istiadat dan upacara keraton. Ia adalah Go Tik Swan, yang derajat kejawaannya
dianggap paling matang di antara orang-orang Tionghoa lainnya. Semua karya-karya mereka mewakili Jawa yang ‘baru’. Jawa ‘baru’ yang mereka hasilkan merupakan hibrida antara unsur-unsur kebudayaan keraton, rakyat, kota, desa, tradisional, modern. Dalam realitas kultural, Jawa ‘baru’ made by Chinese ini
bagaimanapun telah membuat Surakarta dan Jawa menjadi beradab. Sebaliknya dalam realitas sosial ‘Surakarta’ telah memperlakukan orang-orang Tionghoa secara biadab.
Kata kunci: Seni, Kebudayaan, Surakarta, Jawa, Tionghoa |
format |
article |
author |
Rustopo Rustopo |
author_facet |
Rustopo Rustopo |
author_sort |
Rustopo Rustopo |
title |
KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
title_short |
KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
title_full |
KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
title_fullStr |
KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
title_full_unstemmed |
KONTRIBUSI ORANG-ORANG TIONGHOA DI SURAKARTA DALAM KEBUDAYAAN JAWA 1895-1998 |
title_sort |
kontribusi orang-orang tionghoa di surakarta dalam kebudayaan jawa 1895-1998 |
publisher |
Institut Seni Indonesia Surakarta |
publishDate |
2016 |
url |
https://doaj.org/article/04613bda850146c2b110b9deb2bc0a9c |
work_keys_str_mv |
AT rustoporustopo kontribusiorangorangtionghoadisurakartadalamkebudayaanjawa18951998 |
_version_ |
1718409881979977728 |