Analisis Mikrostruktural dan Makrostruktural Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam (Sebuah Analisis Wacana)

<p>Salah satu sarana untuk mempermudah pemahaman terhadap wacana adalah hubungan koherensi dan kohesi antarkalimat atau antarparagraf. Hubungan kohesi dan koherensi dibangun melalui aspek mikrostruktural dan makrostruktural. Oleh karena itu, untuk memahami wacana sastra novel Para Priyayi kary...

Descripción completa

Guardado en:
Detalles Bibliográficos
Autor principal: Roni Sulistiyono
Formato: article
Lenguaje:EN
ID
Publicado: Universitas Ahmad Dahlan 2011
Materias:
P
Acceso en línea:https://doaj.org/article/0bdf3fa1b36d46d2a94c92afeaffe5e0
Etiquetas: Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
Descripción
Sumario:<p>Salah satu sarana untuk mempermudah pemahaman terhadap wacana adalah hubungan koherensi dan kohesi antarkalimat atau antarparagraf. Hubungan kohesi dan koherensi dibangun melalui aspek mikrostruktural dan makrostruktural. Oleh karena itu, untuk memahami wacana sastra novel Para Priyayi karya Umar Kayam secara utuh dan menyeluruh perlu dilakukan analisis mikrostruktural dan makrostruktural. </p><p>Subjek dalam penelitian ini adalah novel Para Priyayi karya Umar Kayam, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung kohesi leksikal, kohesi gramatikal, konteks, dan inferensi. Metode pengumpulan datanya menggunakan metode observasi dan batat, sedangkan metode analisis data menggunakan metode kontekstual dan deskriptif.</p><p>Aspek gramatikal sebagai pendukung aspek mikrostruktural yang digunakan meliputi referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan aspek leksikal yang mendukung meliputi repetisi, antonimi, sinonimi, hiponimi, dan kolokasi. Aspek leksikal yang berbentuk ekuivalensi tidak ditemukan. Pendukung aspek makrostruktural yang digunakan dalam novel Para Priyayi meliputi konteks dan inferensi. Melalui pemahaman konteks situasi dapat diketahui bahwa novel ini menceritakan kehidupan para priyayi Jawa pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, dan pada waktu terjadinya peristiwa Gestapu. Melalui konteks budaya dapat diketahui bahwa novel ini menceritakan kehidupan priyayi Jawa dan dalam penulisannya dipengaruhi budaya Jawa sehingga memberikan kekhasan atas novel Para Priyayi ini. Melalui konteks pemakaian bahasa dapat dipahami inferensinya; 1) seorang priyayi harus memihak masyarakat kecil, 2) semua orang mempunyai hak menjadi seorang priyayi (priyayi bukan monopoli orang darah biru), 3)Sudarsono dan Lantip merupakan satu contoh orang di luar darah biru dapat menjadi seorang priyayi.</p>