Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau

Tulisan ini bertujuan untuk membahas estetika pola tiga yang menjadi ciri khas dalam penyajian talempong renjeang (renjeng atau tenteng). Estetika pola tiga dalam konsep musikal talempong renjeang dibentuk oleh 3 (tiga) pasangan talempong, dan masing disebut sebagai talempong Jantan, talempong Panin...

Descripción completa

Guardado en:
Detalles Bibliográficos
Autor principal: Andar Indra Sastra
Formato: article
Lenguaje:ID
Publicado: Institut Seni Indonesia Surakarta 2019
Materias:
N
Acceso en línea:https://doaj.org/article/2af65472be5a4e42adbe45ca6846d9b4
Etiquetas: Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
id oai:doaj.org-article:2af65472be5a4e42adbe45ca6846d9b4
record_format dspace
spelling oai:doaj.org-article:2af65472be5a4e42adbe45ca6846d9b42021-11-26T03:24:11ZEstetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau1412-41812685-287X10.33153/dewaruci.v14i1.2535https://doaj.org/article/2af65472be5a4e42adbe45ca6846d9b42019-07-01T00:00:00Zhttps://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci/article/view/2535https://doaj.org/toc/1412-4181https://doaj.org/toc/2685-287XTulisan ini bertujuan untuk membahas estetika pola tiga yang menjadi ciri khas dalam penyajian talempong renjeang (renjeng atau tenteng). Estetika pola tiga dalam konsep musikal talempong renjeang dibentuk oleh 3 (tiga) pasangan talempong, dan masing disebut sebagai talempong Jantan, talempong Paningkah, dan talempong Pangawinan. Dinamika kehidupan beragama di Minangkabau ditandai konflik antara kaum sufi dan paham modern. Konflik tersebut bermula dari tarekat Syattariyah dan tarekat Naqsyabandiah yang mempersoalkan konsep wildathul wujud dan wildathul suhud. Masuknya pengaruh wahabi, konflik  konflik menyulut perang suadara, dan dalam catatan sejarah kemudian lebih dikenal dengan perang padri – secara fisik berkahir pada perjanjian Bukik Marapalam. Perjanjian Bukik Marapalam – momerandum of understanding – melahirkan sebuah konsensus untuk menciptakan perdamaian di antara mereka yang berbeda paham. Konflik tersebut kemudian melahirkan konsep tali tigo sapilin, tungku nan tigo sajarangan (tali tiga sepilin, tunggku yang tiga sejarangan) – keharmonisan. Metode yang digunakan berbasis data kualitatif dan diperoleh melalui  observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Analisis data fokus pada talempong renjeang sebagai satu sistem musikal dan dinamika kehidupan bergama dalam masyarakat Minangkabau yang bermula dari perbedaan paham keagamaan antara tarekat Syattariyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa talempong sebagai sistem musikal sejalan dengan dinamika keagamaaan masyarakat Minangkabau.      ABSTRACT This article is intended to discuss the aesthetics of three-patterned talempong which its characteristic is in the presentation of ranjeang talempong (renjeng or tenteng). Aesthetics of three-patterned talempong in ranjeang talempong musical concept are formed by 3 (three) pairs of talempong. Each of them called as Jantan talempong, Paningkah talempong, and Pangawinan talempong. The dynamics of religious life in Minangkabau is marked by conflict between Sufis and modern Islamic concept. The conflict begins when Syattariyah “tarekat” and Nasqsyabbandiah ”tarekat” question the concept of wildatul wujud and wildathul suhud. The influence of conflict induced by the Wahhabi has sparked off a civil war, that in the historical record has been known as Paderi war – and that was physically ended in an Agreement of Marapalam Hill. This agreement spawned a consensus to bring peace among those who have different understandings. This conflict has spawned one concept of tali tigo  sapilin, tungku tigo sajarangan (unity in diversity, three pillars of leadership) - harmony. Method used builds upon the qualitative data obtained through observation, interviews, documentation, and data analysis. Data analysis are focused on renjeang talempong as a musical system and the dynamics of religious life in Minangkabau society that began with diffrent religious understanding between Syattariyah :tarekat” and Nasqsyabandiah “tarekat”. The result of this study is talempong as a musical system that is in accordance with the dynamics of relegious of Minangkabau society.Andar Indra SastraInstitut Seni Indonesia Surakartaarticleestetika pola tigakonsep musikaltalempong renjeangdianamka kegamaanminangkabauFine ArtsNIDDewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol 14, Iss 1, Pp 34-44 (2019)
institution DOAJ
collection DOAJ
language ID
topic estetika pola tiga
konsep musikal
talempong renjeang
dianamka kegamaan
minangkabau
Fine Arts
N
spellingShingle estetika pola tiga
konsep musikal
talempong renjeang
dianamka kegamaan
minangkabau
Fine Arts
N
Andar Indra Sastra
Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
description Tulisan ini bertujuan untuk membahas estetika pola tiga yang menjadi ciri khas dalam penyajian talempong renjeang (renjeng atau tenteng). Estetika pola tiga dalam konsep musikal talempong renjeang dibentuk oleh 3 (tiga) pasangan talempong, dan masing disebut sebagai talempong Jantan, talempong Paningkah, dan talempong Pangawinan. Dinamika kehidupan beragama di Minangkabau ditandai konflik antara kaum sufi dan paham modern. Konflik tersebut bermula dari tarekat Syattariyah dan tarekat Naqsyabandiah yang mempersoalkan konsep wildathul wujud dan wildathul suhud. Masuknya pengaruh wahabi, konflik  konflik menyulut perang suadara, dan dalam catatan sejarah kemudian lebih dikenal dengan perang padri – secara fisik berkahir pada perjanjian Bukik Marapalam. Perjanjian Bukik Marapalam – momerandum of understanding – melahirkan sebuah konsensus untuk menciptakan perdamaian di antara mereka yang berbeda paham. Konflik tersebut kemudian melahirkan konsep tali tigo sapilin, tungku nan tigo sajarangan (tali tiga sepilin, tunggku yang tiga sejarangan) – keharmonisan. Metode yang digunakan berbasis data kualitatif dan diperoleh melalui  observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Analisis data fokus pada talempong renjeang sebagai satu sistem musikal dan dinamika kehidupan bergama dalam masyarakat Minangkabau yang bermula dari perbedaan paham keagamaan antara tarekat Syattariyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa talempong sebagai sistem musikal sejalan dengan dinamika keagamaaan masyarakat Minangkabau.      ABSTRACT This article is intended to discuss the aesthetics of three-patterned talempong which its characteristic is in the presentation of ranjeang talempong (renjeng or tenteng). Aesthetics of three-patterned talempong in ranjeang talempong musical concept are formed by 3 (three) pairs of talempong. Each of them called as Jantan talempong, Paningkah talempong, and Pangawinan talempong. The dynamics of religious life in Minangkabau is marked by conflict between Sufis and modern Islamic concept. The conflict begins when Syattariyah “tarekat” and Nasqsyabbandiah ”tarekat” question the concept of wildatul wujud and wildathul suhud. The influence of conflict induced by the Wahhabi has sparked off a civil war, that in the historical record has been known as Paderi war – and that was physically ended in an Agreement of Marapalam Hill. This agreement spawned a consensus to bring peace among those who have different understandings. This conflict has spawned one concept of tali tigo  sapilin, tungku tigo sajarangan (unity in diversity, three pillars of leadership) - harmony. Method used builds upon the qualitative data obtained through observation, interviews, documentation, and data analysis. Data analysis are focused on renjeang talempong as a musical system and the dynamics of religious life in Minangkabau society that began with diffrent religious understanding between Syattariyah :tarekat” and Nasqsyabandiah “tarekat”. The result of this study is talempong as a musical system that is in accordance with the dynamics of relegious of Minangkabau society.
format article
author Andar Indra Sastra
author_facet Andar Indra Sastra
author_sort Andar Indra Sastra
title Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
title_short Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
title_full Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
title_fullStr Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
title_full_unstemmed Estetika pola tiga: Konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di Minangkabau
title_sort estetika pola tiga: konsep musikal talempong renjeang dan dinamika keagamaan di minangkabau
publisher Institut Seni Indonesia Surakarta
publishDate 2019
url https://doaj.org/article/2af65472be5a4e42adbe45ca6846d9b4
work_keys_str_mv AT andarindrasastra estetikapolatigakonsepmusikaltalempongrenjeangdandinamikakeagamaandiminangkabau
_version_ 1718409957550850048