Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia
Perkawinan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Perkawinan, disamping dilangsungkan sah menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, tiap-tiap perkawinan juga harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kasus disini perkawinan hanya dilakukan berdasarkan adat...
Guardado en:
Autor principal: | |
---|---|
Formato: | article |
Lenguaje: | EN ID |
Publicado: |
Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
2021
|
Materias: | |
Acceso en línea: | https://doaj.org/article/52ebed41dacd473697535d4d2a35129b |
Etiquetas: |
Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
|
id |
oai:doaj.org-article:52ebed41dacd473697535d4d2a35129b |
---|---|
record_format |
dspace |
spelling |
oai:doaj.org-article:52ebed41dacd473697535d4d2a35129b2021-11-16T04:36:32ZKeabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia1978-89912721-5784https://doaj.org/article/52ebed41dacd473697535d4d2a35129b2021-05-01T00:00:00Zhttp://ejurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/KRTHA/article/view/541https://doaj.org/toc/1978-8991https://doaj.org/toc/2721-5784Perkawinan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Perkawinan, disamping dilangsungkan sah menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, tiap-tiap perkawinan juga harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kasus disini perkawinan hanya dilakukan berdasarkan adat istiadat serta agama dan kepercayaan yang dianut saja, tanpa dicatatkan menurut peraturan perudang-undangan yang berlaku. Metode yang dipergunakan adalah yuridis normatif dan pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yakni studi dokumen/kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum premier dan bahan hukum sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suatu perkawinan harus dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing dan dicatatkan pada kantor catatan sipil, sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perkawinan. Agama mempuyai peranan penting untuk menentukan sah atau tidak sahnya suatu perkawinan dikarenakan agama mempuyai kekuatan yang sakral yang nantinya akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Sah atau tidaknya suatu perkawinan bukan ditentukan oleh pencatatan melainkan disyaratkan dengan langsung secara hukum agama masing-masing. Pencatatan merupakan hal yang penting dalam hukum Indonesia, tapi tidak mengurangi keabsahan perkawinan bila tidak dicatatkan.Elfirda Ade Putri Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Rayaarticleperkawinanpencatatantidak dicatatkanLawKENIDKrtha Bhayangkara, Vol 15, Iss 1, Pp 151-165 (2021) |
institution |
DOAJ |
collection |
DOAJ |
language |
EN ID |
topic |
perkawinan pencatatan tidak dicatatkan Law K |
spellingShingle |
perkawinan pencatatan tidak dicatatkan Law K Elfirda Ade Putri Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
description |
Perkawinan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Perkawinan, disamping dilangsungkan sah menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, tiap-tiap perkawinan juga harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kasus disini perkawinan hanya dilakukan berdasarkan adat istiadat serta agama dan kepercayaan yang dianut saja, tanpa dicatatkan menurut peraturan perudang-undangan yang berlaku. Metode yang dipergunakan adalah yuridis normatif dan pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yakni studi dokumen/kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum premier dan bahan hukum sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suatu perkawinan harus dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing dan dicatatkan pada kantor catatan sipil, sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perkawinan. Agama mempuyai peranan penting untuk menentukan sah atau tidak sahnya suatu perkawinan dikarenakan agama mempuyai kekuatan yang sakral yang nantinya akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Sah atau tidaknya suatu perkawinan bukan ditentukan oleh pencatatan melainkan disyaratkan dengan langsung secara hukum agama masing-masing. Pencatatan merupakan hal yang penting dalam hukum Indonesia, tapi tidak mengurangi keabsahan perkawinan bila tidak dicatatkan. |
format |
article |
author |
Elfirda Ade Putri |
author_facet |
Elfirda Ade Putri |
author_sort |
Elfirda Ade Putri |
title |
Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
title_short |
Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
title_full |
Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
title_fullStr |
Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
title_full_unstemmed |
Keabsahan Perkawinan Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia |
title_sort |
keabsahan perkawinan berdasarkan perspektif hukum positif di indonesia |
publisher |
Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya |
publishDate |
2021 |
url |
https://doaj.org/article/52ebed41dacd473697535d4d2a35129b |
work_keys_str_mv |
AT elfirdaadeputri keabsahanperkawinanberdasarkanperspektifhukumpositifdiindonesia |
_version_ |
1718426723851173888 |