Pemanfaatan Biochar Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Substitusi Pupuk NPK Dalam Peningkatan Kualitas Lahan Pertanian

Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar bagi populasi suatu negara. Karena itu, Negara harus melakukan kedaulatan pangan dan mencari pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduk. Namun, dalam penerapan konsep tersebut belum diimplementasikan dengan baik, terutama menyangkut dalam hal...

Description complète

Enregistré dans:
Détails bibliographiques
Auteurs principaux: Shinta Elvita Bella, Rahmat Padrikal
Format: article
Langue:EN
ID
Publié: Green Engineering Society 2018
Sujets:
Accès en ligne:https://doaj.org/article/6fadec71907245d5b9a392e0f57c4ea7
Tags: Ajouter un tag
Pas de tags, Soyez le premier à ajouter un tag!
Description
Résumé:Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar bagi populasi suatu negara. Karena itu, Negara harus melakukan kedaulatan pangan dan mencari pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduk. Namun, dalam penerapan konsep tersebut belum diimplementasikan dengan baik, terutama menyangkut dalam hal sistem pertanian yang berkelanjutan. Sulitnya mencapai kedaulatan pangan ini disebabkan karena meningkatnya lahan yang kualitasnya menurun akibat kegiatan budidaya pertanian secara intensif. Salah satu inovasi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggabungkan penggunaan pupuk buatan dengan pupuk organik dari limbah cangkang sawit yang diubah menjadi biochar dengan pupuk NPK untuk memenuhi defisiensi unsur hara di lahan pertanian Biochar dianggap sebagai pembawa bioamelioran dengan bahan aktif bahan agregat. Bio-char memiliki keunggulan dalam hal ruang pori total dan kapasitas air yang tersedia lebih tinggi. Dalam aplikasi untuk pertumbuhan tanaman jagung, Pertumbuhan terbaik jagung di tanah ultisol diperoleh dari penggunaan pupuk NPK tunggal 100% dikombinasikan dengan 4,2 g bioamelioran / tanaman. Sementara itu, 100% dosis tunggal pupuk NPK yang dikombinasikan dengan 2,1 g bioamelioran / tanaman (112 kg / ha) menghasilkan bobot kiln kiln kering yang lebih tinggi (+ 15,7%) bila dibandingkan dengan perlakuan 100% pupuk tunggal NPK. Hasilnya mampu mengurangi pengeluaran petani dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.