ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai penerapan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) sebagai alat ukur dalam mengurangi aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-added activities) pada produksi gula kristal putih Pabrik Gula (PG) Kanigoro Madiun tahun 2013 dan 2014. Pe...

Descripción completa

Guardado en:
Detalles Bibliográficos
Autores principales: Alwiyanti Kusuma Wardani, Supri Wahyudi Utomo, Purweni Widhianningrum
Formato: article
Lenguaje:EN
ID
Publicado: Universitas PGRI Madiun 2017
Materias:
L
Acceso en línea:https://doaj.org/article/ab9bdd631a0745989d1162f3f0a1535c
Etiquetas: Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
Descripción
Sumario:Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai penerapan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) sebagai alat ukur dalam mengurangi aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-added activities) pada produksi gula kristal putih Pabrik Gula (PG) Kanigoro Madiun tahun 2013 dan 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data primer berupa informasi-informasi aktivitas dan waktu produksi yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder berupa laporan kinerja produksi dan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas pada produksi gula kristal putih di PG Kanigoro Madiun masih memuat aktivitas tidak bernilai tambah (non-value-added activities). Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) pada tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 96,59% dan 97,19%, sehingga persentase non-value-added activities pada tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 3,41% dan 2,81%. Adanya aktivitas tidak bernilai tambah disebabkan tata letak pabrikasi yang dirasa kurang efektif. Jarak antar mesin produksi dengan stamp floor mengakibatkan munculnya aktivitas inspeksi, perpindahan dan waktu tunggu. Oleh karena itu, perusahaan perlu memilih alternatif perbaikan kinerja melalui pengurangan, eliminasi, maupun substitusi aktivitas sehingga cost effectiveness dapat tercapai.