Analisis bahan bakar Alternatif Komposit Biobriket dari Eceng gondok dengan Perekat Kotoran Sapi

Energi terbarukan merupakan energi alternatif yang menjadi isu energi teratas, mengingat menipisnya persediaan bahan bakar bumi (tak terbarukan). Biomassa adalah adalah energi alternatif  yang menarik untuk dikembangkan saat ini, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negeri agraris dan disebut...

Descripción completa

Guardado en:
Detalles Bibliográficos
Autores principales: Lisa Adhani, Mutia Annisa Marsya, Saras Oktavia, Ika Irma Sindiany
Formato: article
Lenguaje:EN
ID
Publicado: UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2020
Materias:
Acceso en línea:https://doaj.org/article/c19aa6cab106424fa53b714ba627fdba
Etiquetas: Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
Descripción
Sumario:Energi terbarukan merupakan energi alternatif yang menjadi isu energi teratas, mengingat menipisnya persediaan bahan bakar bumi (tak terbarukan). Biomassa adalah adalah energi alternatif  yang menarik untuk dikembangkan saat ini, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negeri agraris dan disebut sebagai negeri biodiversitas. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan satu biomassa yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif. Tanaman ini banyak hidup di daerah perairan Indonesia seperti sungai dan rawa-rawa. Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat sehingga jumlahnya seringkali melimpah dan tak terkendali. Tanpa adanya pantauan yang baik, membuat tanaman ini menjadi pengganggu habitat disekitarnya. Sehingga memperburuk estetika dan menimbulkan bau. Penelitian ini memanfaatkan eceng gondok menjadi bahan bakar alternatif dengan campuran kotoran sapi sebagai bahan perekatnya. Eceng gondok di manfaatkan menjadi biobriket dengan proses karbonasi anaerob pada  temperature 400ºC. Proses pembuatan biobriket tersebut dilakukan dengan variasi komposisi antara eceng gondok dan kotoran sapi dengan persentase 30%, 50%, dan 70%. Berdasarkan hasil penelitian,  biobriket dengan komposisi kotoran sapi 70% adalah biobriket terbaik jika mengacu pada SNI 01-6235-2000 yaitu  memiliki kadar air 0,0435%, kadar abu 0,47% dan nilai kalor sebesar 4715 kal/gram. Uji SEM (Scanning Electron Microscope) memperkuat kesimpulan dengan menggambarkan morfologi agglomerasi yang teratur sehingga dapat dikatakan membuat rongga pada bagian tengah dari briket, sehingga luas permukaan briket lebih besar yang menyebabkan laju pembakaran lebih tinggi.