Perbedaan Resiliensi Siswa Laki-laki dan Perempuan yang Menjadi Korban Bullying
Resiliensi harus dimiliki oleh korban bullying sehingga dapat mencegah timbulnya depresi dan stres yang dapat berujung pada masalah yang lebih serius. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan resiliensi siswa yang menjadi korban bullying, serta membandingkan variabel tersebut antara siswa laki...
Guardado en:
Autores principales: | , , |
---|---|
Formato: | article |
Lenguaje: | EN ID |
Publicado: |
Universitas Indraprasta PGRI
2021
|
Materias: | |
Acceso en línea: | https://doaj.org/article/c92090c2e5c34f33a7b3b7bc5c1aae16 |
Etiquetas: |
Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
|
Sumario: | Resiliensi harus dimiliki oleh korban bullying sehingga dapat mencegah timbulnya depresi dan stres yang dapat berujung pada masalah yang lebih serius. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan resiliensi siswa yang menjadi korban bullying, serta membandingkan variabel tersebut antara siswa laki-laki dan perempuan. Studi cross sectional secara online mengukur 256 responden sehingga diperoleh sebanyak 106 siswa yang pernah mendapatkan perlakuan bullying. Peneliti menggunakan dua skala dalam penelitian ini yakni Multidimensional Peer-Victimization Scale & Resilience Quotient Test (RQ-Test). Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan korban bullying dan resiliensi, kemudian independent sample t-test untuk menguji perbedaan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin. Baik siswa laki-laki maupun perempuan memiliki resiliensi yang relatif tinggi, namun skor yang diperoleh siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Pengujian secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan resiliensi di antara dua kelompok tersebut. Resiliensi perlu dimiliki oleh korban bullying. Di lingkungan sekolah, program layanan bimbingan dan konseling harus dimaksimalkan. Pencegahan dan penanggulangan bullying membutuhkan sinergi dan keseriusan semua pihak.. |
---|