DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Abstrak - Artikel ini bertujuan untuk menganalisa ketahanan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) di dalam arus revolusi industri 4.0 pada bidang financial technology (fintech). BMT merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia yang memiliki segmentasi konsumen spesifik yaitu masyara...

Descripción completa

Guardado en:
Detalles Bibliográficos
Autor principal: Eja Armaz Hardi
Formato: article
Lenguaje:ID
Publicado: Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV 2020
Materias:
bmt
Acceso en línea:https://doaj.org/article/ee46fb25a3594c619ea31b0bb71367ee
Etiquetas: Agregar Etiqueta
Sin Etiquetas, Sea el primero en etiquetar este registro!
id oai:doaj.org-article:ee46fb25a3594c619ea31b0bb71367ee
record_format dspace
spelling oai:doaj.org-article:ee46fb25a3594c619ea31b0bb71367ee2021-11-18T07:36:02ZDAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.01907-06402654-716310.36787/jei.v14i2.218https://doaj.org/article/ee46fb25a3594c619ea31b0bb71367ee2020-11-01T00:00:00Zhttps://jurnal.lldikti4.or.id/index.php/jurnalekono/article/view/218https://doaj.org/toc/1907-0640https://doaj.org/toc/2654-7163Abstrak - Artikel ini bertujuan untuk menganalisa ketahanan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) di dalam arus revolusi industri 4.0 pada bidang financial technology (fintech). BMT merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia yang memiliki segmentasi konsumen spesifik yaitu masyarakat low-middle income dan tidak memiliki akses kepada perbankan (unbankable). BMT terbukti memiliki peran signifikan dalam membantu mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia dengan program pemberdayaan yang dimilikinya. Di saat bersamaan, proses manajemen yang berlaku pada BMT masih relatif berbelit dan panjang, seperti pendampingan pra-pembiayaan, proses pembiayaan dan pasca pembiayaan. Akan tetapi, satu dekade terakhir, perkembangan teknologi finansial (fintech) melakukan inovasi yang signifikan dalam bidang industri keuangan. Salah satu signifikansi dari inovasi fintech adalah mendistrupsi atau memotong jalur panjang administrasi yang berlaku selama di lembaga keuangan. Di samping itu ia juga menawarkan kecepatan, mobilitas dan akurasi proses transaksi keuangan masyarakat. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artikel ini menemukan bahwa, walaupun fintech menawarkan inovasi yang distrubtif dalam transaksi keuangan saat ini, BMT cenderung akan tetap bertahan dengan distingsi dan segmentasi yang dimilikinya. Akan tetapi, resistensi tersebut menjadi berbeda ketika penduduk Indonesia yang berusia di atas 65 tahun saat ini disubstitusi oleh generasi milenial pada tahun 2035. Oleh karena itu, artikel ini merekomendasikan bahwa untuk menghindari penurunan peran dalam membantu masyarakat menengah ke bawah dalam hal finansial, BMT harus menyesuaikan diri dengan melakukan inovasi, integrasi, interkoneksi dengan perusahaan fintech.    Abstract - This article aims to analyze the resilience of the Baitul Mal wat Tamwil (BMT) in the era of industrial revolution 4.0 in the field of financial technology (fin-tech). BMT is one of the Sharia Microfinance Institutions (LKMS) in Indonesia has specific consumer segmentation, namely low-middle income people and no access to banks (un-bankable). BMT has proven to have a significant role in helping to reduce poverty levels in Indonesia with its empowerment program. At the same time, the management processes that apply to BMTs are still relatively complicated and long, such as pre-financing assistance, financing processes and post-financing. However, in the last decade, the development of fin-tech has made significant innovations in the financial industry. One significance of fin-tech innovation is the distribution or cutting of the long administrative path that applies while at a financial institution. In addition, he also offers the speed, mobility and accuracy of the public financial transaction process. Using a qualitative descriptive analysis, this article finds that, although fin-tech offers constructive innovation in current financial transactions, BMTs will tend to survive with their distinction and segmentation. However, this resistance becomes different when the Indonesian population aged over 65 years would substituted by millennial generation in 2035. Therefore, this article recommends that in order to avoid reducing its role in helping the middle to lower financially, the BMT must adjust to innovation, integration, interconnection with fin-tech companies.Eja Armaz HardiLembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IVarticlebmtlembaga keuangan mikro syariahrevolusi industri 4.0fintechEconomic theory. DemographyHB1-3840IDEkono Insentif, Vol 14, Iss 2, Pp 77-90 (2020)
institution DOAJ
collection DOAJ
language ID
topic bmt
lembaga keuangan mikro syariah
revolusi industri 4.0
fintech
Economic theory. Demography
HB1-3840
spellingShingle bmt
lembaga keuangan mikro syariah
revolusi industri 4.0
fintech
Economic theory. Demography
HB1-3840
Eja Armaz Hardi
DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
description Abstrak - Artikel ini bertujuan untuk menganalisa ketahanan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) di dalam arus revolusi industri 4.0 pada bidang financial technology (fintech). BMT merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia yang memiliki segmentasi konsumen spesifik yaitu masyarakat low-middle income dan tidak memiliki akses kepada perbankan (unbankable). BMT terbukti memiliki peran signifikan dalam membantu mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia dengan program pemberdayaan yang dimilikinya. Di saat bersamaan, proses manajemen yang berlaku pada BMT masih relatif berbelit dan panjang, seperti pendampingan pra-pembiayaan, proses pembiayaan dan pasca pembiayaan. Akan tetapi, satu dekade terakhir, perkembangan teknologi finansial (fintech) melakukan inovasi yang signifikan dalam bidang industri keuangan. Salah satu signifikansi dari inovasi fintech adalah mendistrupsi atau memotong jalur panjang administrasi yang berlaku selama di lembaga keuangan. Di samping itu ia juga menawarkan kecepatan, mobilitas dan akurasi proses transaksi keuangan masyarakat. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artikel ini menemukan bahwa, walaupun fintech menawarkan inovasi yang distrubtif dalam transaksi keuangan saat ini, BMT cenderung akan tetap bertahan dengan distingsi dan segmentasi yang dimilikinya. Akan tetapi, resistensi tersebut menjadi berbeda ketika penduduk Indonesia yang berusia di atas 65 tahun saat ini disubstitusi oleh generasi milenial pada tahun 2035. Oleh karena itu, artikel ini merekomendasikan bahwa untuk menghindari penurunan peran dalam membantu masyarakat menengah ke bawah dalam hal finansial, BMT harus menyesuaikan diri dengan melakukan inovasi, integrasi, interkoneksi dengan perusahaan fintech.    Abstract - This article aims to analyze the resilience of the Baitul Mal wat Tamwil (BMT) in the era of industrial revolution 4.0 in the field of financial technology (fin-tech). BMT is one of the Sharia Microfinance Institutions (LKMS) in Indonesia has specific consumer segmentation, namely low-middle income people and no access to banks (un-bankable). BMT has proven to have a significant role in helping to reduce poverty levels in Indonesia with its empowerment program. At the same time, the management processes that apply to BMTs are still relatively complicated and long, such as pre-financing assistance, financing processes and post-financing. However, in the last decade, the development of fin-tech has made significant innovations in the financial industry. One significance of fin-tech innovation is the distribution or cutting of the long administrative path that applies while at a financial institution. In addition, he also offers the speed, mobility and accuracy of the public financial transaction process. Using a qualitative descriptive analysis, this article finds that, although fin-tech offers constructive innovation in current financial transactions, BMTs will tend to survive with their distinction and segmentation. However, this resistance becomes different when the Indonesian population aged over 65 years would substituted by millennial generation in 2035. Therefore, this article recommends that in order to avoid reducing its role in helping the middle to lower financially, the BMT must adjust to innovation, integration, interconnection with fin-tech companies.
format article
author Eja Armaz Hardi
author_facet Eja Armaz Hardi
author_sort Eja Armaz Hardi
title DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
title_short DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
title_full DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
title_fullStr DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
title_full_unstemmed DAYA TAHAN BAITUL MAL WAT TAMWIL DALAM ARUS REVOLUSI INDUSTRI 4.0
title_sort daya tahan baitul mal wat tamwil dalam arus revolusi industri 4.0
publisher Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV
publishDate 2020
url https://doaj.org/article/ee46fb25a3594c619ea31b0bb71367ee
work_keys_str_mv AT ejaarmazhardi dayatahanbaitulmalwattamwildalamarusrevolusiindustri40
_version_ 1718423258904133632